Skip to main content

Sinopsis dan Ulasan Film In the Heights (2021)


 

Film In the Heights diadaptasi dari Broadway musikal dengan judul yang sama karya Quiara AlegrĆ­a Hudes dan Lin-Manuel Miranda. Musik, lirik, dan konsep dalam film ini juga dibuat oleh keduanya.

In the Heights berkisah tentang Usnavi de la Vega (Anthony Ramos) dan teman-temannya sesama keturunan Amerika Latin yang tinggal di daerah yang bernama Washington Heights. Di tempat tersebut Usnavi memiliki usaha minimarket atau semacam toko kelontong dibantu oleh sepupunya Sonny (Gregory Diaz IV), begitu juga dengan teman-teman imigran lainnya yang masing memiliki usahanya sendiri. Berharap memenangkan sebuah lotere, Usnavi memiliki mimpi pulang ke Republik Dominika untuk mengejar mimpi mendiang ayahnya dan hal itu sangat didukung oleh neneknya Claudia (Olga Merediz) yang merawatnya dari kecil.

Sebagai imigran dan selalu dinomorduakan, bagi Usnavi dan saudara-saudara latin lainnya terkadang hidup tak selalu sejalan dengan apa yang mereka inginkan. Diskriminasi sering mereka dapatkan. Hal itu bisa membuat mereka mudah menyerah, tetapi sering membuat mereka semangat menggapai mimpi dengan dukungan sesama imigran yang sangat kompak dan solid.

Dari awal, penonton sudah disajikan dengan nyanyian dan tarian yang menggugah semangat dalam menyambut hari. Dengan konsep storytelling, kisah ini menjadi menarik dan terasa realistis. Hampir seluruh cerita dibawakan dengan nyanyian yang bergerak dan menyenangkan meskipun liriknya berisi curahan hati yang gundah gulana hidup sebagai imigran. Setiap kata seolah ada iramanya. Bagusnya, musik yang disuguhkan cukup menyenangkan. Jika irama nyanyian dan koreografi yang disajikan tak nyaman di telinga dan mata dari awal hingga akhir cerita, film ini akan sangat membosankan dengan durasi selama dua jam dua puluh tiga menit.

Film yang disutradarai oleh Jon M Chu ini melibatkan banyak orang dalam menyajikan tarian. Banyak elemen yang dihadirkan ke dalamnya, dan semuanya memiliki makna yang menjadikan film ini sangat berwarna.

Menghadirkan para imigran dari Republik Dominika, Puerto Riko, Meksiko, dan Kuba, unsur latin yang disajikan dalam film ini sangat kuat, baik menghadirkan suasana kekeluargaan dan kehangatan yang sangat terasa maupun tarian khas latin.

In the Heights merupakan film musikal keren yang menghadirkan keragaman, pluralisme, budaya, dan romantisme yang tak berlebihan tetapi indah dan fun. Dari rangkaian cerita yang sederhana, film ini memberi pesan akan kebanggaan tentang siapa diri kita, siapapun bisa meraih mimpi dan memiliki cita-cita untuk hidup yang lebih baik, juga kebahagian didapat tak harus dari sesuatu yang mahal melainkan dari orang-orang di sekitar yang selalu mendukung kita meskipun tidak sedarah.

Semua pemain dalam In the Heights memainkan karakter mereka dengan sangat baik. Anthony Ramos sangat cocok dengan perannya sebagai Usnavi. Begitu juga dengan aktris multitalenta Meksiko Melissa Barrera yang berperan sebagai Vanessa. Kemistri keduanya terbangun dengan sangat baik, cute, memesona, dan jatuh cinta.

Dua kata yang sangat melekat dalam film ini adalah,

Paciencia y fe."

kata-kata dari abuela Claudia yang maknanya kesabaran dan keyakinan.

Bagi kamu penggemar film drama musikal, film ini bisa menjadi rekomendasi film yang sangat amat menarik untuk ditonton.

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...