Skip to main content

The Mentalist (2008-2015)



The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode.

The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser.

Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker.




Aktor inti TV Series ini adalah:
  • Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan)
  • Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI)
  • Tim Kang sebagai Kimball Cho (Agen CBI/FBI)
  • Owain Yeoman sebagai Wayne Rigsby (Agen CBI)
  • Amanda Righetti sebagai Grace Van Pelt (Agen CBI)
  • Rockmond Dunbar sebagai Dennis Abbot (Kepala Unit FBI) Season 6 & 7
  • Joe Adler sebagai Jason Wylie (Analis IT FBI) Season 6 & 7
  • Josie Loren sebagai Michelle Vega (Agen FBI) Season 7

Selain nama-nama diatas, masih banyak lagi para aktor yang mendukung serial TV yang sukses di beberapa negara ini. Salah satunya adalah istri Simon Baker, Rebecca Rigg, yang menjadi bintang tamu di season 1 episode 19 (A Dozen Red Roses). Episode itu sangat menarik juga lucu melihat mereka berdua berakting dalam satu frame dengan karakter yang berlawanan.

The Mentalist menceritakan tentang pemecahan setiap kasus pembunuhan yang terjadi di daerah California dan diikuti oleh rangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh Red John, yang juga membunuh istri dan anak Patrick Jane.

Dibawah naungan California Bereau of Investigation (CBI), setiap pemecahan kasus dilakukan dan dipimpin oleh agen detektif pembunuhan, Teresa Lisbon yang selalu ditemani oleh Patrick Jane, seorang konsultan yang juga terkenal sebagai "cenayang" yang memiliki keahlian menghipnotis, membaca pikiran, situasi dan kondisi dengan cerdas atas segala kasus pembunuhan.

Dalam memecahkan kasus pembunuhan, Jane dan Lisbon seperti tak terpisahkan satu sama lain. Dalam mengungkapkan setiap kasus pembunuhan, mereka juga dibantu oleh anak buah Teresa Lisbon yang sangat solid dan loyal. Mereka adalah Kimball Cho, Wayne Rigsby, dan Grace Van Pelt.
 


Konflik dalam cerita ini hanya memecahkan suatu kasus pembunuhan di tiap episodenya, cuma itu. Namun dengan kondisi, tempat, dan motif pembunuhan yang berbeda, dan diungkapkan dengan cara dan gaya investigasi serta analisa yang cermat dan unik yang dilakukan oleh Patrick Jane. Sang penulis skenario The Mentalist seperti tak kehabisan ide cerita dalam menyajikan kasus-kasus pembunuhan.

Saya menyukai hampir semua episode dalam The Mentalist. Namun salah satu episode yang paling paling saya suka adalah di Season 4 episode 20 dengan judul Something's Rotten in Redmund dan episode 21 dengan judul Ruby Slippers. Yang mana, dalam episode ini kasus pembunuhan terjadi di sekolah menengah. Jadi, pengungkapan kasus tersebut dilakukan di sekolah. Yang menarik adalah, dalam mengungkapkan siapa pelaku si pembunuh, Jane dan Lisbon beraksi pada saat beberapa anak sedang memainkan drama Hamlet karya Shakespeare. Jane hafal beberapa baris dialog dalam Hamlet. Lalu ia memanipulasi keadaan dengan menghipnotis salah satu pemain tak sadarkan diri, dengan begitu ia bisa masuk menjadi bagian drama tersebut. Sedangkan dalam episode 22, kasus pembunuhan melibatkan para kabaret waria. Lalu diakhiri dengan salah satu pertunjukkan waria yang sangat cantik menyanyikan "Somewhere Over the Rainbow". Dengan nyanyian lagu tersebut dan reaksi Lisbon saat mendengar dan menyaksikan pertunjukan tersebut, barangkali episode ini merupakan episode yang memiliki the most beautiful, moving, and heartfelt ending.

Oh ya, tentunya episode terakhir The Mentalist juga termasuk episode favorit dan menjadi favorit semua penggemar The Mentalist sekaligus membuat sedih karena tak akan lagi melihat serial TV epik ini.

Meskipun The Mentalist merupakan serial TV yang mengungkapkan kasus pembunuhan, namun serial ini tidak melulu menyajikan adegan serius. Hampir di seluruh episode, The Mentalist menyelipkan humor yang dimainkan oleh karakter serial ini, terutama karakter Patrick Jane. Bagi saya, episode terlucu, epik, dan menggemaskan antara Jane dan Lisbon adalah Season 1 episode 16 (Bloodshot).

Cerita The Mentalist sangat menarik dengan karakter Patrick jane dan Teresa Lisbon yang sering berselisih pendapat tapi selalu klop. Meskipun Jane nampak selalu melakukan investigasi sesuka hatinya, akan tetapi ia selalu mematuhi perintah Lisbon. Jane memiliki caranya sendiri untuk memecahkan suatu kasus dengan gayanya yang tenang, cermat, cuek, lucu, kadang konyol, tapi analisanya selalu tepat dan selalu berhasil memecahkan setiap kasus. Oleh sebab perilakunya yang selalu "apa adanya", hidung dan wajahnya sering menjadi sasaran tinju orang-orang yang dibuat kesal oleh sikap dan perkataannya. Akan tetapi itu menjadi adegan yang sangat lucu. Sedangkan Lisbon adalah polisi wanita yang cerdas, tegas, tangguh, dan selalu mematuhi segala aturan dan hukum, sangat ekspresif, sedikit grumpy tetapi menyenangkan dan baik hati.

Meskipun tanpa senjata, dengan ketajaman pikiran dan intuisinya, Jane selalu punya caranya sendiri untuk melindungi Lisbon dan orang-orang di sekitarnya ketika dalam bahaya. Karakter mereka saling membutuhkan dan melengkapi.


Dari Season 1 episode 1, The Mentalist sudah menarik perhatian saya. Terlepas dari pemecahan kasus pembunuhan yang dibuat sangat kompleks dan menarik, karakter dan kisah Jane dan Lisbon juga tak kalah menariknya dari hubungan pertemanan dan rekan kerja (secara prosedur, Jane bekerja untuk Lisbon atau Lisbon adalah bos nya Jane selama di CBI), sampai akhirnya (diam-diam) menjadi sepasang kekasih di season 7,  dan menikah.

Bisa dibilang mereka punya kemistri yang kuat, lucu, dan "menggemaskan" sebagai polisi (detektif pembunuhan) dan konsultan. Tak heran jika banyak sekali kumpulan video-video momen mereka berdua yang dibuat oleh para YouTube-er yang diunduh di YouTube, baik berupa penggalan adegan momen-momen mereka berdua ataupun kumpulan momen mereka berdua dengan iringan lagu-lagu hits dengan menulis nama Jane and Lisbon dan Jisbon (Jane dan Lisbon) di judul video-video tersebut. Bahkan ada beberapa penonton yang membuat reaction video ketika mereka menonton The Mentalist Season 6 dan 7 episode terakhir.



The Mentalist bisa jadi referensi tontonan TV Series yang layak untuk ditonton. Saya sendiri menonton The Mentalist di aplikasi HOOQ. Menonton The Mentalist dari season 1 episode pertama sampai season 7 episode terakhir, saya cuma bisa bilang:

I love the plot, the stories, the characters, the actors, the words, the dedication to job, the cuteness, everything of The Mentalist."


Nilai: 5/5

Catatan: Mentalis atau ahli mental adalah seseorang yang menggunakan ketajaman mental, hipnotis, dan/atau sugesti. Bisa juga seorang yang ahli memanipulasi pikiran dan perilaku.

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu