Skip to main content

Ulasan Film: I Am Mother (2019)



Setelah kejadian sebuah kemusnahan, suatu tempat atau tepatnya bunker dibangun untuk membuat populasi kembali kegiatan kemanusiaan. Namun, bunker ini bukan diatur dan dikendalikan oleh manusia, melainkan robot. 

Sebuah robot yang disebut Mother (suara diisi oleh Rose Bryne dan performa dimainkan oleh Luke Hawker) membesarkan sebuah janin dalam tabung. Seperti janin yang tumbuh pada umumnya, Mother membesarkan, mengurus, dan mengajarkan banyak hal pada bayi yang dipanggil Daughter (Clara Rugaard) layaknya seperti ibu mengajarkan segalanya pada anak perempuannya. Semua yang telah dilakukan oleh Mother membuat Daughter percaya dan sangat mencintai Mother.

Beranjak remaja Daughter mulai penasaran dengan siapa dirinya. Ketika Mother tak berada di dekatnya, Daughter mengeksplorasi beberapa ruangan yang belum pernah ia jamah. Di salah satu ruangan yang Daughter masuki, ia mendengar seorang perempuan atau Woman (Hilary Swank) berteriak. Antara ingin menolong dan tidak, dan melihat penampilan Woman sama seperti dirinya, Daughter akhirnya membuka pintu ruang tersebut, meskipun Mother mengetahuinya juga.

Dari beberapa film robot dan manusia, manusia selalu yang mengendalikan robot. Namun film yang disutradarai oleh sutradara Australia Grant Sputore dan ditulis oleh Michael Llyod Green ini justru robot lah yang mengendalikan manusia. Mother mampu membuat Daughter sangat patuh padanya hingga terbentuklah sebuah ikatan yang kuat antara ibu dan anak.

Film yang berdurasi selama kurang lebih satu jam lima puluh tiga menit ini mengangkat ide cerita tentang parental, hubungan antara ibu dan anak, dan ibu yang ingin memberikan yang terbaik meskipun hanya sebuah robot IA (Artificial Intelligence).

Rangkain cerita I Am Mother tak serumit atau sedalam film robot-manusia yang pernah saya tonton. Jalan cerita film ini cukup sederhana. Di awal-awal, cerita bergerak cukup kuat, namun di akhir cerita terasa datar saja menurut saya.

Meskipun film ini merupakan film fiksi, namun ada satu adegan yang cukup membuat saya lumayan ngilu pada saat menyaksikan Daughter mencabut peluru di sisi kanan perut Woman.

Film distribusi StudioCanal dan Netflix ini rilis premier di Sundance pada 25 Januari 2019, dan rilis di Amerika Serikat dan Australia pada 7 Juni 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim