Skip to main content

Ulasan Film: Our House (2018)


Our House merupakan film drama misteri Amerika Kanada Jerman.  Film diangkat dari film independen yang berjudul Ghost From the Machine yang rilis pada tahun 2010. Inti ceritanya hampir sama, namun ada beberapa hal yang dibuat berbeda dalam film ini.

Film Our House disutradarai oleh Anthony Scott Burns dan ditulis oleh Nathan Parker dan Matt Osterman. Film yang berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit ini dibintangi oleh Thomas Mann, Kate Moyer, Percy Hynes White, Nicola Peltz, Robert B. Kennedy, Lucius Hoyos, dan beberapa pemain pendukung lainnya. Our House rilis di Amerika Serikat dan Kanada pada 27 Juli 2018.

Ethan (Thoman Mann), seorang remaja yang cukup jenius yang telah membuat sebuah alat yang ia sebut dengan ELI atau Electromagnetic Induction. Percobaan demi percobaan ia lakukan untuk menyempurnakan alat tersebut, namun belum membuahkan hasil. Dan setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan, Ethan menyimpan alat itu di ruang bawah tanah rumahnya.

Tiga bulan sepeninggalan kedua orangtua Ethan, ia harus mengurus dan bertanggung jawab atas dua adiknya Matt (Percy Hynes White) dan Becca (Kate Moyer). Mau tak mau Ethan harus menjadi orangtua bagi mereka. Dari mencari uang untuk memenuhi semua kebutuhan rumah, mengantar sekolah, hingga mendongengi Becca sebelum ia tidur.

Sambil melakukan semua pekerjaan tersebut, Ethan masih terus mengotak-atik alat penemuannya hingga bekerja dengan baik dan sangat maksimal. Dari hari ke hari alat itu bekerja dengan baik hingga menghasilkan radius yang melampaui rumahnya.

Bersamaan dengan berhasilnya alat tersebut pada saat dihidupkan, hal-hal misterius mulai muncul menghadirkan sesuatu yang berhubungan dengan supernatural. Hal itu ditunjukkan dari perilaku
Becca menjadi aneh dan sering berbicara dengan makhluk tak kasat mata, dan salah satu mahluk yang ia ajak bicara adalah orangtua mereka. Pada saat mesin itu hidup, Becca merasa bahwa orangtua mereka masih ada dan tinggal bersama mereka, dan itu membuatnya "senang".
Antara move on atau stay bagi Ethan, Matt, dan Becca setelah kematian kedua orangtua mereka merupakan inti cerita film ini.

Rangkaian cerita dalam film ini mudah diikuti, sederhana, dan ringan, hampir sama seperti cerita film misteri yang pernah ada. Namun yang menarik dalam cerita ini adalah cerita drama dan misteri dalam film ini berjalan seimbang.

Dari awal hingga pertengahan cerita, film ini menyajikan jalan cerita bagi tiga karakter di atas, terutama Ethan, membangun hubungan siblings atau saudara kandung tetap bersatu tanpa ada konflik yang berlebihan di antara mereka. Dan Ethan merupakan kakak yang sangat baik dan bertanggung jawab atas kedua adiknya pada saat mereka belum bisa menerima kepergian orangtua mereka untuk selamanya. Tak ada sikap dan perilaku yang dibuat berlebihan dalam cerita ini, sangat stabil dan wajar. Dan setelah bagian drama selesai, adegan-adegan menegangkan dan horor mulai ditampilkan. Meskipun bagian pengungkapan misterinya atau klimaksnya tidak terlalu menyeramkan, namun semuanya ditampilkan sesuai dengan porsinya.

Nilai: 3.5/5

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...