Skip to main content

Ulasan Film: Bodysnatch (2018)


Bodysnatch merupakan film thriller science-fiction Amerika. Film ini disutradarai oleh Louis Benjamin Del Guercio dan ditulis oleh Gregory Alan Ballard. Bodysnatch rilis di Amerika Serikat pada 12 Juni 2018. Film ini dibintangi oleh Sarah Davenport, Reese Mishler, Paul Woolfolk, dan lain-lain.

Film Bodysnatch menceritakan tentang tiga pemuda yang baru lulus kuliah; Steven Marra (Reese Mishler), Jeremy Phillips (Paul Woolfolk), dan Emma Harris (Sarah Davenport), yang menjadi tersangka dan buron atas terbunuhnya polisi Marcus Wilder (Christoper Wilburn) dan membawa mobil polisinya. Akan tetapi bukan tanpa alasan mereka melakukan hal tersebut.

Cerita berawal dari kejahilan polisi Marcus yang mengerjai Jeremy dan Steven dengan berpura-pura memburu seorang yang menjadi target operasi Marcus. Setelah Steven dan Jeremy tahu bahwa itu hanya permainan Marcus, tak lantas membuat mereka kapok untuk ikut "bersenang-senang" bersama Marcus. Marcus merupakan polisi "kotor" yang tak terlalu ingin ambil serius pekerjaannya.

Operasi mereka selanjutnya adalah menjemput salah satu teman Steven dan Jeremy yang juga merupakan gadis yang Steven taksir, Emma Harris (Sarah Davenport). Setelah bertemu Emma, mereka melanjutkan perjalanan mencari target yang lain.

Di pertengahan jalan, mereka melihat sebuah mobil berhenti. Melalui plat mobil tersebut dan melalui sebuah data informasi yang ada di laptop sang polisi, pengendara mobil tersebut diketahui bernama Brandie Roddenfield (Alisha Bernhardt). Marcus turun dari mobil dan mendekati mobil tersebut. Tiba-tiba keadaan menjadi tak terkendali dan menegangkan ketika Steven, Jeremy, dan Emma (dari dalam mobil) melihat Marcus diserang dan dipukul oleh Brandie hingga tewas. Dari kejadian itu lah masalah mereka bertiga dimulai lantaran mencoba melarikan diri dengan membawa mobil polisi Marcus demi menyelamatkan diri dari serangan Brandie.

Alur cerita Bodysnatch maju. Rangkaian cerita film ini cukup sederhana dan mudah diikuti, namun
memiliki beberapa kerancuan. Di awal cerita, saya pikir film ini adalah film komedi karena sang polisi yang tak berhenti membuat gurauan dan lelucon pada Steven dan Jeremy. Hal itu membawa saya pada sebuah pertanyaan apakah konflik dalam film ini merupakan hal sejenis prank yang dilakukan oleh Marcus atau bukan. Kemudian hal yang berkenaan dengan salah satu karakter bertopeng yang juga terdapat di awal cerita. Dengan suara yang disamarkan, ia mengatakan:
Trust no one. The threat is real. They are coming.
yang mana karakter tersebut tak terungkap jelas dalam film ini. Mengenai baris kata tersebut, saya berasumsi bahwa kata-kata tersebut seperti highlight atau barangkali inti dari film ini yang juga berhubungan dengan judul film ini. Namun sayangnya, hal itu tidak tersaji dengan baik.

Dalam film ini, ada dua baris kalimat favorit dan sangat sederhana bagi saya.
We do not run. Guilty people run.
Kalimat itu dikatakan oleh Emma Harris ketika Steven dan Jeremy ingin melarikan diri dari kejaran polisi karena dianggap sebagai tersangka atas beberapa kematian dan menjadi buronan. Emma merasa bahwa ia dan kedua temannya sama sekali tidak bersalah, jadi tak perlu melarikan diri.

Nilai: 2.5/5

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...