Skip to main content

Ulasan Film: Alex & Me (2018)


Alex & Me merupakan film keluarga fantasi Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Eric Champnella. Alex & Me dibintangi oleh pemain sepakbola wanita Alex Morgan dan aktris remaja Siena Agudong. Alex & Me rilis di Amerika pada 12 Juni 2018.

Alex & Me mengisahkan seorang gadis remaja 13 tahun, Reagan Wills (Siena Agudong), yang gemar sekali bermain sepakbola. Ia sangat mengidolakan pemain sepakbola wanita Alex Morgan (yang juga diperankan oleh Alex Morgan). Poster pemain sepakbola favoritnya yang bernomor punggung 13 tersebut ia pasang di hampir setiap dinding kamarnya. Satu poster Alex Morgan paling besar alias full-size Reagan pasang di salah satu dinding kamarnya. Pada poster itu, Reagan selalu mengajaknya bicara, seperti mencurahkan segala apa yang telah ia lewati dan rasakan.

Mimpi Reagan hanya satu, yaitu menjadi pemain sepakbola wanita seperti idolanya, Alex Morgan. Untuk mencapai mimpinya, salah satu jalannya adalah ia ingin sekali bisa masuk salah klub terbaik di kotanya, the Crush. Namun pada saat pemilihan anggota baru di klub tersebut, ia gagal karena terlambat datang lantaran rantai sepedanya putus dan diperlakukan tak adil oleh teman sekolah juga rivalnya, Claire (Jessica Treska).

Merasa dirinya gagal di usia 13 tahun, ditambah dengan sikap ayahnya, Joe Will (Jim Klock), ibunya, Anne Wills (Chuti Tiu), dan kakaknya, Logan Wills (Matt Cornett), yang acuh tak acuh karena saat itu sedang disibukkan oleh beasiswa Logan yang juga ahli di bidang sepakbola, Reagan sangat merasa sedih dan putus asa. Ia menyobek semua poster Alex Morgan. Namun satu poster full-size Alex Morgan tak bisa ia sobek meskipun sudah ia lakukan dengan segenap usahanya hingga membuatnya terjatuh dan pingsan.

Pada saat Reagan sadar, tiba-tiba muncul penampakan sosok Alex Morgan di hadapannya yang seolah keluar dari poster tersebut. Ia menganggap bahwa ia sedang berhalusinasi dan dengan segera butuh seorang dokter. Namun Alex Morgan bersikap meyakinkan juga tidak menepis tentang apa yang dikatakan Reagan. Kemunculan sosok Alex Morgan hanya ingin memberi semangat Reagan yang sedang padam dan putus asa.

Pada saat berlatih sepakbola bersama Alex Morgan, beberapa kali Reagan meyakinkan dirinya sendiri bahwa Alex Morgan tak nyata, hingga ia berujar:
Reagan: "You're not real.  Are you?" (Kamu tidak nyata. Apakah kamu nyata?).
Alex Morgan: "If you believe on your dream before happen, is that real?" (Jika kamu percaya pada mimpimu sebelum terjadi, apakah itu nyata?)
Antara halusinasi dan nyata, kemunculan sosok Alex Morgan menjadi penyemangat Reagan untuk meraih mimpinya.

Jalan cerita Alex & Me sangat mudah untuk diikuti. Cerita film ini cukup sederhana dan tipikal film motivasional dan inspiratif untuk meraih sebuah mimpi. Dari awal cerita, si tokoh utama Reagan Wills sudah diberi masalah namun dengan berlatih setiap hari, disiplin, dan konsisten, ia mampu meraih mimpinya.

Alex & Me sangat layak ditonton oleh remaja dan keluarga, terutama remaja wanita yang cinta sekali dengan sepakbola dan ingin menjadi pemain sepakbola. Tak ada perundung dan tindakan kasar atau tak pantas dalam film ini. Bahkan film ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga adalah kunci kesuksesan salah satu anggota keluarganya. Semuanya tersaji pas sesuai dengan porsinya.

Nilai: 4.5/5

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...