Skip to main content

Ulasan Film: Beirut (2018)


Beirut merupakan film drama thriller Amerika. Film asli Netflix ini disutradarai oleh Brad Anderson dan ditulis oleh Tony Gilroy. Beirut rilis premier pada 22 Januari 2018 di Sundance Film Festival, rilis di Amerika pada 11 April 2018, dan rilis di Indonesia pada 9 Mei 2018.

Berlokasi di Beirut 1972 pada saat perang saudara, film Beirut mengisahkan tentang seorang diplomat Amerika, Mason Skiles (Jon Hamm), yang bekerja, pernah mengambil pendidikan, dan tinggal di Libanon. Ia tinggal bersama istrinya seorang Libanon, Nadia (Leïla Bekhti), dan anak angkatnya seorang anak Palestina, Karim, yang masih berusia 13 tahun yang mengaku bahwa tak memiliki satu pun keluarga.

Pada saat pesta, seorang teman Mason, Cal Riley (Mark Pellegrino), tahu bahwa Karim adalah adik dari seorang musuh Israel, Rami Abu Rajal (Ben Affan), yang sedang dicari yang menjadi musuh orang Israel. Saat itu juga, Mason menanyakan hal tersebut pada Karim. Belum terjawab tuntas pertanyaan tersebut, bom meledakkan rumah Mason dan beberapa orang menyerang masuk hingga membuat istri Mason tewas, sedangkan Karim diculik oleh kawanan penyerang.

Kejadian tersebut telah merubah hidup Mason. Hidupnya tak menentu dan menjadi alkoholik. Namun sepuluh tahun kemudian seorang klien lamanya, Sully (Douglas Hodge), memintanya untuk menjadi pengajar di salah satu universitas di Libanon. Dengan bayaran sejumlah uang dan tiket juga paspor, ia berangkat ke Libanon.

Sesampainya di sana, ia bertemu dengan para petugas pemerintah yang bekerja di kedutaan Amerika. Mereka adalah Donald Gaines (Dean Norris), Gary Ruzak (Shea Wigham), Frank Shalen (Larry Pine), dan seorang perempuan anggota CIA, Sandy Crowder (Rosamund Pike), yang bertugas memandu Mason untuk sampai di hotelnya.

Mengetahui bahwa Mason memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik dalam bernegosiasi, para pekerja pemerintah tersebut menggunakan Mason sebagai negosiator untuk mengambil Cal Riley yang mana ketiga orang ini yakin bahwa ia ditawan oleh orang-orangnya Abu Rajal. Donald Gaines dan kedua rekannya meminta Mason untuk bernegosiasi untuk meminta Cal Riley.

Setelah 10 tahun tak bertemu dengan Karim, akhirnya Mason bertemu Karim yang sudah dewasa dan dalam situasi yang tidak diinginkan. Pada saat pemboman yang terjadi ketika Mason sedang berceramah di kelas, ia dibantu oleh orang yang mengenal Karim dan dibawa bertemu Karim. Benar saja, Cal Riley sedang ditawan oleh Karim dan teman-temannya. Pada saat negosiasi terjadi, Karim ingin menukar Cal Riley dengan kakaknya Abu Rajal yang ia yakini ditawan oleh orang-orang kedutaan Amerika yang bekerjasama dengan orang israel.

Mason menyetujui negosiasi tersebut, meskipun ia tak tahu dimana Abu Rajal berada. Karim memberi waktu selama 7 jam. Dan dari sini lah Mason dapat mengungkapkan hal-hal "kotor" yang dilakukan oleh mereka bertiga di Kedutaan dan dunia politik.

Alur cerita Beirut mundur maju. Konflik cerita ini cukup kompleks. Ide cerita yang diangkat cukup menarik.

Nilai: 3.8/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim