Skip to main content

Ulasan Film: Don't Talk to Irene (2017)


Cheerleader atau pemandu sorak dengan para anggota yang yang langsing atau bertubuh ideal itu sudah biasa. Yang tak biasa adalah jika anggota cheerleader yang sama sekali jauh dari kategori biasanya, yaitu beranggotakan seseorang yang berbadan gemuk dan para lansia. Istilah zaman sekarang anti-mainstream. Kurang lebih ide cerita itu yang diangkat dalam cerita Don't Talk to Irene.

Irene (Michelle McLeod) adalah gadis 15 tahun yang bertubuh tambun yang memiliki cita-cita menjadi cheerleader. Namun apa daya, bobot tubuhnya tak memungkinkan untuk menjadi anggota cheerleader. Ibu Irene, Lydia (Anastasia Phillips), yang juga mantan pimpinan cheerleader pun menolak keras keinginan Irene dengan beberapa alasan, salah satunya adalah berat badan Irene.

Namun, karena curahan hati yang Irene tumpahkan setiap hari pada "dewa"nya, Geena Davis (Geena Davis) yang selalu memberinya semangat, ia tak pernah kehilangan harapan. Geena Davis bukan sosok yang nyata, melainkan hanya poster bergambar Geena Davis yang terpasang di dinding Irene.

Bobot tubuh Irene yang tak normal seperti remaja putri pada umumnya membuatnya jadi bahan bullying atau perundungan oleh dua temannya. Karena mereka berdua, Irene di-skor dari sekolah karena dianggap menjadi pembuat masalah. Ia dan 2 temannya dikirim ke panti jompo yang berada tepat di samping sekolahnya untuk bersih-bersih tempat tersebut. Dan ketika melihat acara TV yang berjudul Total Talent Showdown, muncul ide di kepala Irene bahwa ia akan membuat kelompok cheerleader-nya sendiri bersama para penghuni panti jompo. Suatu ide menarik dan unik yang akan ia tunjukkan pada acara tersebut.

Rencana Irene tentunya tak semudah apa yang ia bayangkan. Beberapa hal menjadi penghambat jalannya menuju ke acara tersebut ketika ia dan teman-teman panti jomponya mendapat undangan untuk melakukan audisi. Dikunci di kamar oleh ibunya, Irena memutuskan untuk menyerah dan berhenti, namun bangkit kembali ketika dalam "kegelapan tak terbatas" Geena Davis memberinya kata-kata:
The farther you draw back an arrow, the faster and the stronger it will fly. (Semakin jauh kamu menarik panah ke belakang, maka semakin cepat dan kuat panah itu akan terbang)."

Akhir cerita untuk tipikal film seperti ini sudah bisa tebak pastinya.

Don't Talk to Irene merupakan film drama komedi Kanada yang rilis di Toronto International Film Festival (TIFF) pada 11 September 2017. Sedangkan di Amerika rilis pada 2 Maret 2018. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Pat Mills.

Ide cerita yang diangkat dalam cerita Don't Talk to Irene cukup menarik. Mengangkat bentuk tampilan fisik yang nampak berbeda untuk bisa menunjukkan bakat dan kemampuan yang sama seperti orang lain yang memiliki bentuk fisik atau keadaan yang normal. Bahwa bobot tubuh Irene, Tesh (Andy Reid) seorang laki-laki yang selalu berpenampilan seperti perempuan, dan para lansia bisa melakukan dan menunjukkan sesuatu sama seperti orang-orang pada umumnya tanpa batasan atau perbedaan apapun.

Kata-kata dalam Don't Talk to Irene cukup lengkap. Dari kata-kata kasar, vulgar, sarkastik sampai kata-kata penyemangat mengisi dialog dalam film ini.

Nilai: 4/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim