Skip to main content

Ulasan Film: Daphne & Velma (2018)


Bagi siapa pun yang pernah menonton Scooby Doo tentu sudah tak asing dengan nama Daphne & Velma. Karakter 2 wanita ini yang memiliki keunikannya masing-masing. Dalam cerita film Daphne & Velma ini hanya menceritakan tentang Daphne dan Velma sebelum ada tokoh Scooby Doo.

Daphne Blake (Sarah Jefery) tinggal dengan kedua orangtuanya, Nedley Blake (Brian Stepanek) dan Elizabeth Blake (Nadine Ellis). Daphne hidup dalam kecanggihan teknologi yang membuat segalanya menjadi sangat praktis. Hanya dengan menyebutkan keinginannya, semua bisa terpenuhi dengan teknologi yang ada di rumahnya. Namun sayangnya semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Sang ayah yang melakukannya. Nedley sangat menyayangi dan melindungi Daphne dimanapun ia berada, bahkan di sekolahnya. Dan anehnya, tanpa sang ayah, Daphne seperti selalu mendapat kesialan. :D
Sedangkan Velma Dinkley (Sarah Gilman) adalah seorang gadis berkacamata yang cerdas dan ahli di bidang teknologi. Di ruang kamarnya penuh dengan barang-barang yang berhubungan dengan teknologi.

2 orang sahabat, Daphne dan Velma , yang akhirnya bertemu di sekolah yang sama, Ridge Valley High. Ridge Valley High merupakan sekolah yang sangat high technology. Sang kepala sekolah, Piper (Arden Myrin), bahkan mengatakan bahwa:
Now we believe that technology isn't just the tool, but it's a way of life."
Dengan sebuah inovasi yang dibuat oleh Tobias Bloom (Brooks Forester) dengan nama Innovative Bloom, sekolah ini bisa mengakses dan mengamati semua hal yang terjadi, dari perilaku hingga prestasi para siswa.

Velma sudah terlebih dahulu belajar di Ridge Valley High. Sedangkan Daphne merupakan siswa baru di sekolah tersebut. Kedatangan Daphne disambut oleh salah satu siswa, Carol (Vanessa Marano), yang bertugas memandu siswa baru. Alih-alih menyambut Daphne dengan baik, Velma nampak marah dan pura-pura tak mengenal Daphne ketika pertama kali mereka bertatap muka. Bahkan mereka sering sekali bertengkar hingga mereka harus dipanggil ke ruang kepala sekolah, yang mana kepala sekolah tersebut merupakan bibi Velma.

Satu hal aneh yang terjadi pada salah satu teman mereka, Spencer (Adam Faison), akhirnya membuat mereka harus bekerjasama memecahkan misteri yang terjadi pada Spencer. Mereka menyelidiki segala keanehan Spencer yang ujungnya menyudut pada teman mereka, Griffin Griffiths (Evan Castelloe), yang juga menjadi aneh setelah dinobatkan sebagai siswa terbaik di sekolah tersebut.
Daphne & Velma merupakan film bergenre komedi, fantasi, misteri. Film ini disutradarai oleh Suzi Yoonesi dan ditulis oleh Joseph Barbara dan William Hanna. Film ini rilis di Amerika pada 22 Mei 2018.

Sisi komedi dan horor (khas film Scooby Doo) tersaji sangat pas dalam film ini. Bagian spooky-nya juga terasa. Bisa dibilang film Daphne & Velma merupakan film semi horor, namun bukan dalam arti horor yang sangat menyeramkan.

1 karakter yang menarik dalam cerita ini adalah sang kepala sekolah yang selalu ceria. Ia memiliki aturan-aturan dan hukuman unik yang diberikan pada siswa yang membuat ulah dan melanggar aturan.

Nilai: 3.5/5

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...