Skip to main content

Ulasan Film: In the Cloud (2108)



Film In the Cloud merupakan film bergenre drama science-fiction. Film ini disutradarai oleh Robert Scott Wildes dan ditulis oleh Vanya Asher. Film ini diawali dengan narasi yang bagus, tapi sayangnya tidak dengan ceritanya. Beberapa narasi tersebut yakni:
The technology will perfect us and the people around the world,
won't it?"
But what if, what if progress isn't inevitable? What if it doesn't get better?"
We think we learn from history, but as a great physicist once said, "Science advances one funeral at a time.""
Dari narasi di atas sudah bisa ditebak bahwa film ini berhubungan dengan teknologi dan sains.
Cerita In the Cloud diawali dengan pengenalan suatu hasil ciptaan yang berhasil diciptakan oleh Doc Wolff (Gabriel Bryne). Di depan para audiensi, ia menunjukkan hasil ciptaan yang ia beri nama otak digital pertama untuk manusia. Ia mempersembahkan otaknya yang ditunjukkan secara digital. Yang mana digital otak tersebut mampu membaca harapan, kenangan, ketakutan, rahasia, dan lain-lain. Dalam presentasinya, Doc mengatakan,
We always want to return. To experience about those feelings as if for the first time. But there is a price to be paid for that."
Namun tak lama kemudian, tiba-tiba Doc terjatuh, tak sadarkan diri, dan dinyatakan meninggal.

Sementara itu, di bawah perusahaan Cloud, Mary (Laura Fraser), Hale (Justin Chatwin), Theo (Tomiwa Edun), dan Z (Nora arnezeder) mengembangkan perangkat lunak atau software yang mereka sebut cirrus 8. Cirrus 8 adalah perangkat yang bisa mengakali indera penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan. Dengan alat ini dan alat-alat yang sudah mereka buat, serta meneruskan ciptaan Doc, mereka melakukan beberapa eksperimen. Ketika hidup Doc selalu ingin menciptkan alat yang mampu melakukan pemetaan otak.

Melakukan beberapa kali percobaan selalu gagal, Hale dan kawan-kawan akhirnya berhasil menyempurnakan alat yang mereka sebut perangkat untuk menyelam ke dalam pikiran dan ingatan seseorang. Alat tersebut dipasang di kepala, dan seseorang yang melakukan itu akan mampu masuk ke dalam dan merasakan dunia masa lalu.

Hale dan Z mencoba eksperimen pertamanya menyelam ke dalam memori Doc. Dalam dunia ingatan, mereka melihat Doc dan istrinya sedang membicarakan tentang apa yang akan Doc ciptakan. Doc mengatakan,
Knowledge is freedom, and that the science will illuminate the complexity of the world."
Salah satu tujuan Theo dan kawan-kawan membuat perangkat tersebut adalah untuk melacak teroris yang mem-bom kota London beberapa kali yang tentunya memakan banyak korban tewas akibat ledakan tersebut. Namun dalam cerita In the Cloud, setengah jalannya cerita hanya melakukan eksperimen.

Akhir cerita film ini tak tersaji dengan jelas bagi saya. Saya melihat cerita ini tak fokus ke satu penyelesaian masalah.


Nilai: 2/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim