Skip to main content

Ulasan Film: Charlie and the Factory Chocolate (2005)



Charlie and the Factory Chocolate merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Roald Dahl dengan judul yang sama, Charlie and the Factory Chocolate tahun 1964. Film ini disutradarai oleh Tim Burton dan ditulis oleh John August.

Charlie and the Factory Chocolate mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Charlie Bucket (Freddie Highmore) yang baik, tidak cepat dan tidak kuat, tapi ia anak yang rajin dan patuh. Ia hidup dengan kedua orangtuanya juga nenek dan 2 kakeknya. Mereka semua tinggal di satu rumah kecil yang nampak tak layak huni. Namun mereka hidup damai karena selalu bersyukur dan berbagi atas sesuatu yang mereka dapatkan. Ayah Charlie, Mr. Bucket (Noah Taylor), yang menopang kehidupan di rumah tersebut bekerja di pabrik pasta gigi dengan gaji yang sangat kecil. Pekerjaan di pabrik itu adalah menutup pasta tinggi pada tube-nya. Namun tiba-tiba Mr. Bucket harus kehilangan pekerjaannya ketika pekerjaannya diambil alih oleh mesin.

Sementara itu, pabrik cokelat Willy Wonka's Factory yang pernah berjaya kemudian tutup (karena seseorang yang iri pada keajayaanya mencuri resepnya) kembali dibuka. Willy Wonka (Johnny Depp), sang pemilik pabrik mengumumkan sayembara untuk 5 orang yang beruntung mendapatkan Golden Ticket atau tiket emas akan mendapatkan kesempatan melakukan tur ke perusahaan cokelat miliknya.

Dengan cepat, keempat tiket emas sudah ditemukan oleh anak-anak dari berbeda negara dan karakter. Pertama ditemukan oleh anak laki-laki rakus dan berbadan gemuk, Augustus Gloop (Philip Wiegratz), pada saat ia memakan cokelat tersebut. Yang kedua ditemukan oleh si anak perempuan yang manja, Veruca Salt (Julia Winter). Ayahnya seorang kaya raya yang mampu membeli cokelat sebanyak mungkin. Yang ketiga ditemukan oleh anak perempuan yang sombong dan selalu mengunyah permen karet yang menjadi prestasi, Violet Beauregarde (AnnaSophia Robb). Yang keempat ditemukan oleh seorang anak lelaki yang arogan dan agresif terhadap game, Mike Teavee (Jordan Fry). Yang kelima bisa ketebak dong siapa yang bakal dapet tiket emas tersebut. Ya, Charlie si anak baik dan beruntung karena ia mendapatkan tiket itu dari pembelian cokelat yang kedua setelah menemukan selembar uang di jalan. Pada pembelian cokelat yang pertama, ia membeli cokelat sebagai hadiah ulang tahunnya. Namun sayangnya tak ada tiket emas di dalam cokelat itu. Ia tetap bersyukur, lalu membagi batangan cokelat tersebut pada semua orang di rumahnya. Ketika akhirnya ia mendapatkan tiket emas itu, beberapa orang yang melihatnya ingin menukar tiket itu dengan sejumlah uang. Dilema bagi Charlie. Di satu sisi, keluarganya sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan memperbaiki rumah. Di sisi lain, ia ingin sekali memiliki pengalaman masuk ke pabrik cokelat terbaik yang pernah ada.

Dengan dorongan dari keluarganya dan salah satu kakeknya, Grandpa George (David Morris), untuk mengambil kesempatan itu daripada meng-uang-kan tiket tersebut. Uang bisa ada dimana-mana, tapi tiket itu hanya ada 5 di seluruh dunia. Grandpa George mengatakan:
Only foolish one would give that for something as common as money."
Akhirnya Charlie memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. Ia datang didampingi Grandpa Joe (David Kelly), yang pernah bekerja di pabrik tersebut.

Saatnya tiba, 5 anak yang mendapatkan tiket emas berada di pintu dan bersiap masuk ke dalam pabrik cokelat Willy Wonka. Bukan sosok hangat yang diterima para "tamu", melainkan sosok Willy Wonka yang dingin, acuh tak acuk, juga berpenampilan aneh.

Ketika mereka mulai menginjakkan kaki di dalam pabrik, keempat anak dan pendamping mereka mulai "mencari muka" di depan Wonka. Hanya Charlie yang bersikap sangat tenang dan tak banyak aksi.

Tur berkeliling pabrik cokelat dilakukan dari satu tempat yang menakjubkan ke tempat lainnya yang membuat keempat anak tersebut kalap dan tak terkontrol. Pertama si gendut dan maruk Augutus masuk ke kubangan cokelat karena tak bisa mengendalikan dirinya untuk melahap semua yang di depan matanya. Yang kedua si sombong dan angkuh Violet dan gelembung permen karetnya yang terperangkap dalam pipa yang belum maksimal kerjanya. Ketiga, si manja Veruca yang menginginkan tupai yang pandai memilih kacang terbaik, ia ingin memilikinya sebagai tambahan koleksi binatangnya. Wonka melarangnya, tapi Veruca masuk ke dalam tempat tupai-tupai yang sedang bekerja. Niat ingin mengambil salah satu dari mereka, ia malah diserang oleh tupai-tupai tersebut dan diseret ke dalam lubang pembuangan kacang yang berkualitas buruk. Terakhir, si anak agresif Mike yang tubuhnya mengecil di dalam suatu layar TV karena ulahnya sendiri yang tak terkontrol bila melihat segala sesuatu yang berwujud seperti mainan.

Tinggal Charlie dan kakeknya yang tersisa. Sedari awal Charlie sangat menikmati tur di pabrik itu dan mengikuti segala peraturan yang ada. Itu artinya Charlie yang memenangkan hadiah dari Willy Wonka. Wonka menghadiahi pabrik tersebut untuk Charlie. Namun Charlie meminta keluarganya juga ikut bersamanya. Lalu Wonka malah mengatakan:
With a family on your side as a dead old goose. Look at me. I don't have any family and I am a gigantic success."
Kalimat sombong tersebut seperti satir untuk orang-orang yang merasa dirinya hebat tanpa keluarga, namun sebenarnya di dalam dirinya sangat rapuh. Wonka mengatakan hal tersebut karena ia memiliki masa lalu yang buruk pada ayahnya yang seorang dokter gigi. Ayahnya selalu melarang Wonka untuk makan cokelat ataupun permen, yaitu makanan yang selalu diidam-idamkan anak-anak dimana pun. Niat ayahnya baik, yaitu untuk menjaga gigi Wonka tetap bagus, tapi sikapnya yang terlalu ketat hingga membuat Wonka meninggalkan rumah dan menjalankan hidupnya sendiri dengan sukses membangun pabrik cokelat. Dengan begitu, ia juga anak-anak di seluruh dunia bisa menikmati makanan manis tersebut.

Dengan pernyataan Wonka yang tak bisa ditawar, Charlie menolak hadiah tersebut, dan mengatakan:
I would not abandon my family for anything."
Cerita Charlie and the Factory Chocolate sederhana namun sangat menarik. Film ini sangat layak ditonton oleh anak-anak dan semua usia. Terdapat pesan moral yang disampaikan melalui 4 karakter anak, Charlie, Willy Wonka.

Nilai: 5/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim