Skip to main content

Ulasan Film: The BFG (2016)



Film The BFG diadopsi dari novel dengan judul yang sama, The BFG (1982), yang ditulis oleh Roald Dahl. Film ini diproduseri dan disutradarai oleh Steven Spielberg, dan ditulis oleh Melissa Mathison.
Film The BFG mengisahkan tentang seorang anak perempuan berusia 10 tahun, Sophie (Ruby Barnhill), yang tinggal di panti asuhan. Tiap malam, ia selalu mengalami insomnia atau kesulitan tidur hingga pukul 2 atau 3 pagi. Sophie menyebut waktu tersebut dengan "witching hour", waktu dimana setan-setan berkeliaran.

Sophie selalu menghabiskan waktu terjaganya dengan membaca buku. Malam itu, ketika ia sedang membaca buku, dari luar kamarnya ia mendengar sesuatu. Lalu ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke luar jendela untuk melihat keadaan sekitar. Sesosok tangan besar muncul lalu diikuti penampakan sosok raksasa (Mark Rylance). Sophie ketakutan dan dengan cepat kembali ke tempat tidurnya. Namun tangan raksasa itu masuk melalui jendela dan menjangkau tubuh Sophie lalu membawanya ke negeri raksasa.

Meskipun sudah memohon pada sang raksasa untuk membawanya kembali pulang, namun sang raksasa tetap menginginkan Sophie untuk bersamanya sepanjang hidupnya. Alasannya sang raksasa takut kalau-kalau Shopie akan mengatakan pada semua orang bahwa ia telah melihat raksasa. Ketika sang raksasa dan Sophie sedang berbicara, raksasa lain, Fleshlumpeater, yang ukurannya berkali-kali lipat lebih besar masuk ke dalam. Dalam sekejap, Fleshlumpeater mencium bau manusia. Sang raksasa melindungi Sophie agar ia selamat dari incaran Fleshlumpeater.

Yang dilakukan sang raksasa sehari-hari adalah menangkap mimpi, Dream Catcher. Banyak mimpi-mimpi yang sudah ia tangkap lalu dimasukkan ke dalam botol lalu ia beri nama, kemudian ia menyimpan semua itu di satu tempat.

Pada saat sang raksasa dan Sophie keluar dari kediamannya, Fleshlumpeater dan teman-temannya mencurigai sang raksasa karena gerak geriknya yang mengendap-ngendap. Dan hidup Sophie mulai tak aman ketika para raksasa menemukan selimut yang selalu ia bawa.



Dari kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa sang raksasa adalah raksasa yang baik hati, Sophie menyebut sang raksasa dengan panggilan BFG (Big Giant Friedly). Menyadari bahwa hidup Shopie mulai tak aman di negeri raksasa, BFG dengan berat hati harus membawa pulang Sophie ke panti asuhan. Ia tak mau kejadian beberapa waktu sebelumnya, seorang anak laki-laki yang bersamanya meninggal karena dimakan raksasa, dan ia tak ingin hal yang sama menimpa Sophie.

Bukannya merasa senang karena BFG mengembalikannya ke panti asuhan, tapi justru hal itu membuat Sophie sedih. Ia sudah merasa nyaman dengan BFG. Ia memohon pada BFG agar membawanya bersamanya. Ia berjanji bahwa hal yang terjadi pada anak laki-laki yang meninggal tersebut tak akan terjadi padanya.

Akhirnya BFG membawa Sophie kembali ke negeri raksasa. Mereka berdua membuat rencana untuk mengusir para raksasa itu. Rencana mereka adalah meminta bantuan pada Ratu Inggris. Caranya ialah dengan mengolah beberapa mimpi yang saling berhubungan dengan rencana mereka pada sang ratu, menyatukan semuanya ke dalam satu botol, lalu setelah botol mimpi itu sempurna dibawa ke istana dimana sang ratu tinggal. Pada malam hari, BFG dan Sophie datang ke istana. Aksi mereka dimulai dengan meniupkan mimpi itu ke dalam tidur sang ratu. Usaha itu berhasil di pagi hari ketika sang ratu bangun dan mengingat mimpinya berhubungan dengan berita dari koran yang dibaca oleh pelayan pribadinya.

Film The BFG merupakan film fantasi anak. Namun bagi orang dewasa atau mereka yang paham dengan susunan tata bahasa Inggris, menonton film ini bukan hanya sekadar film fantasi anak. Beberapa kata dan tata bahasa yang diucapkan oleh BFG dan para raksasa lainnya tidak beraturan. Setiap kalimat  setelah subjek "I" dan "You" hanya menggunakan verb be yang sama, yaitu "is". Juga beberapa kata dengan pengucapan yang salah seperti:
  • Hippo dumpling yang seharusnya Hippopotamus
  • Crocodawndille yang seharusnya Crocodile
  • Jiiggyraff yang seharusnya Girrafe
  • Frumpkin fie yang seharusnya pumpkin pie
  • Human beans yang seharusnya human being
  • Snozzcumber yang seharusnya cucumber
Pastinya tidak tanpa alasan sang penulis novel, Roald Dahl, memasukkan hal ini ke dalam ceritanya. Hal itu berhubungan dengan kondisi istri pertama Roald Dahl, Patricia Neal, yang terkena struk yang disebut Lobus Parietal. Hal itu mengakibatkan ia tak bisa berbicara dengan susunan kata yang benar.
Dalam adegan tersebut, Sophie membenarkan kata-kata sang raksasa, lalu sang raksasa membalas:
BFG: "I can not help but say some strange things. I can't be right all the time. Most of the time I left instead of the right."
Sophie: "Sorry, I did't mean to be rude."
BFG: "Good, the words sometimes say what you mean and sometimes two different things."
Dialog sederhana tersebut seperti menggambarkan bahwa setiap kata yang diucapkan oleh seseorang akan selalu memiliki intepretasi yang berbeda tergantung bagaimana orang lain melihat dan memaknainya.

Bagi saya, di satu sisi, ide cerita The BFG nampak ringan dan mudah dipahami. Namun di sisi lain, cerita ini seperti memiliki makna tersirat dari beberapa bagian cerita yang disajikan. :)

Nilai: 4/5


Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...