Skip to main content

Ulasan Film: Wonderstruck (2017)



Wonderstuck diangkat dari novel pada tahun 2011 dengan judul yang sama, Wonderstruck, yang ditulis oleh Brian Selznick. Film ini disutradarai oleh Todd Haynes dimainkan oleh Julianne Moore, Michelle William, Oakes Fegley, Millicent Simmonds, dan lain-lain.

Wonderstruck dikisahkan dengan 2 waktu dan tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan. Kedua waktu ini diceritakan bergantian, karena alur cerita saling berhubungan satu sama lain. Seorang anak laki-laki Benjamin Wilson (Oakes Fegley) melarikan diri dari rumahnya di Gunflint, Minnesota (1977) untuk mencari ayahnya ke New York. Di Hoboken, New Jersey (1972) seorang gadis juga melarikan diri dari rumahnya ke New York untuk mencari ibunya.

Buku Wonderstruck yang Ben temukan pada saat hujan dan petir yang menggelegar membuatnya bertekad untuk melarikan dari kampung halamannya menuju New York demi bertemu dengan ayahnya yang tak pernah diceritakan oleh Ibunya, Elaine Wilson (Michelle William).
Sesampainya di New York, uang yang Ben kumpulkan dicopet di jalan ketika ia sedang membuka dompetnya. Buku Wonderstruck selalu menjadi panduannya untuk menemukan sang ayah. Di suatu museum, ia bertemu dengan anak laki-laki, Jamie, yang seumuran dengannya. Ia membantu Ben mencari keberadaan ayahnya.



Di awal-awal menonton film ini, saya tak mengerti jalan ceritanya. Pada adegan Rose (kecil) (Millicent Simmonds), warna layar film hanya hitam putih dan tak ada suara, semua adegan dibisukan dan ditulikan. Hanya gestur mulut dan badan yang berbicara. Hal itu mengingatkan saya pada vidio klip Clown yang dibawakan oleh Emilie Sande. Oke balik ke alur cerita. Tapi saya baru paham di akhir cerita ketika Ben dan Rose (besar) (Julianne Moore) bertemu di toko buku Kincaid's yang tertulis di buku Wonderstruck. Toko buku itu milik Walter. Di tempat itu, Ben tak sengaja menjatuhkan buku Wonderstruck milik ayahnya. Rose yang sedang berkunjung ke tempat Walter melihat buku itu. Dari situlah akhirnya semua misteri tentang ayah dan keluarganya terungkap.

Film ini bisa dibilang membosankan tapi menarik. Sangat membosankan di awal cerita karena plot waktu berbeda yang berjalan bersamaan dengan dua cerita yang berbeda tapi berhubungan satu sama lain, jadi sangat membingungkan. Nah saya juga jadi bingung deh gimana nulisnya, hehe. Namun yang menarik adalah, sesuai dengan waktu zaman dahulu alias jadul, kostum dan segala aksesoris yang ditampilkan pun dibuat sesuai dengan waktu masa itu.

We are all in the gutter, but some of us are looking at the stars."
Kutipan tersebut tertulis di dinding rumah Ben yang ditulis oleh ibunya. Lalu Ben bertanya makna kutipan tersebut setelah ia mendengarkan ibunya mengatakan hal itu pada saat melihat bintang jatuh, lalu kutipan itu ditulis di dinding. Meskipun Ben tidak mendapat jawaban jelas dari ibunya, tapi kutipan ini bagi saya sangat menarik.
I need you to be patient with this story and read it slowly."
Kalimat ini adalah kalimat awal yang dibacakan oleh Ben dari buku yang ditulis oleh Rose pada satu buku yang menceritakan tentang ayah Ben. Kalimat itu nampak sederhana tapi terasa dalam. Saya memaknai kalimat tersebut dengan:
Untuk mengetahui cerita dengan utuh dan sempurna, bacalah atau dengarkanlah atau saksikanlah suatu cerita dengan sabar dan lakukan dengan pelan-pelan."
Nilai: 3.5/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d