Skip to main content

Ulasan Film: Robert and The Toymaker (2017)



Robert and The Toymaker merupakan film horor Inggris, sekuel dari film Robert (2015) dan The Curse of Robert (2016). Film yang ditulis ber-setting di Jerman 1941 ini mengisahkan tentang Kolonel Nazi yang mencari sebuah buku mistikal yang dibawa oleh seseorang. Cerita berawal dari kolonel Ludolf Von Alvensleben dan 2 anak buahnya mengejar seseorang yang berusaha melarikan diri dari kejaran mereka. Ia bersembunyi di salah satu sebuah keluarga yang di dalamnya terdapat suami, istri, dan seorang anak gadis. Buku tak pernah lepas dari lengan laki-laki tersebut. Sang kolonel  tahu bahwa laki-laki itu bersembunyi di rumah tersebut namun ia tak berhasil menemukannya.

Di hari berikutnya ketiga tentara Nazi datang lagi ke rumah tersebut dan berhasil mencium adanya laki-laki yang mereka cari. Lodulf adalah kolonel yang sangat cerdas dan cerdik. Ia mampu membuat dirinya seperti pendeteksi kebohongan. Ia memiliki komunikasi yang bagus untuk membuat lawan bicaranya berkata jujur dengan mengintimidasi si lawan. Perlahan tapi pasti, ia mampu mampu menemukan yang ia cari. Ketika ia tahu bahwa suami istri tersebut berbohong, dengan seketika ia menembak mati mereka berdua, disambung menembak laki-laki yang ia cari. Namun buku yang ia cari tak ada lagi di tangan laki-laki tersebut. Buku itu sudah ada di tangan anak gadis itu. Ludolf mencoba menembaknya, tapi gadis tersebut berhasil melarikan diri. Ia lari dengan membawa buku tersebuat ke rumah pemilik toko boneka, Amos/Herr Blackwood. Setelah menceritakan sedikit kejadian yang telah dialami, gadis itu meninggal dan Amos mengambil buku itu.

Amos adalah laki-laki tua yang menghabiskan sisa hidupnya dengan membuat boneka dan mainan. Ia memiliki toko boneka dan mainan yang merupakan bisnis keluarganya. Meskipun toko itu sangat sepi pengunjung, ia akan tetap mempertahankan toko tersebut. Beberapa waktu setelah kematian gadis itu, Amos membuka buku yang diberikan si gadis dan membaca beberapa tulisan di dalamnya di hadapan boneka yang ia namakan Robert. Lafal-lafal yang ia bacakan dari buku mampu membuat benda mati menjadi hidup. Robert hidup. Kemudian ia menceritakan kejadian itu pada Abigail, penjaga toko miliknya. Awalnya Abigail tak percaya. Namun setelah Robert ingin membunuhnya dengan pensil, ia baru percaya, dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut.

Abigail menceritakan semua kejadian tersebut pada kolonel Ludolf. Alih-alih mendapatkan hadiah dari sang kolonel karena sudah memberi informasi padanya, justru sang kolonel menembaknya hingga tewas. Kolonel Ludolf langsung menyuruh anak buahnya ke tempat sang pembuat mainan dan mengambil buku tersebut untuknya.

Perginya Abigail dari toko itu membuat Amos hidup sendirian. Untuk menghilangkan rasa sepinya ia menghidupkan boneka buatannya yang lain; Otto dan Isabel, yang ia jadikan sebagai anak-anaknya.



Tidak seperti film horor yang menggunakan boneka sebagai media yang menyeramkan, cerita Robert and The Toymaker jauh dari kata menyeramkan. Alur cerita film ini maju, tak ada kisah masa lalu, dan tak memakan banyak korban. Akhir cerita film ini menarik. Yaitu, ketika tak ada manusia yang mampu melumpuhkan kekejaman tentara Nazi, mereka malah mati di tangan boneka yang dihidupkan oleh Amos.

Bagi saya, ada 2 kalimat menarik yang dikatakan oleh Amos:
"Don't let commerce become more important than the art, because the art feeds the soul." (Kalimat itu muncul ketika Abigail menyuruh Amos meninggalkan toko bonekanya yang tak menghasilkan banyak uang)
"Violence is the universal language." (Di adegan ketika Kolonel Nazi menyiksa Amos)

Nilai: 4.5/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim