Skip to main content

Ulasan Film: The Humanity Bureau (2017)


The Humanity Buraeu merupakan film yang bergenre action, science-fiction, dan thriller. Di masa depan tahun 2030, pemanasan global, perang, bom, kebakaran, dan masalah-masalah lingkungan yang akan terjadi di Amerika Serikat. Salah satu badan pemerintah yang disebut The Humanity Bureau membantu masyarakat untuk tetap menjaga mereka terhindar dari hal-hal buruk tersebut. Badan tersebut menawarkan orang-orang untuk tinggal suatu tempat yang mereka sebut New Eden, tempat tinggal yang nyaman. Seorang agen yang sedang dipromosikan oleh badan tersebut, Noah Kross (Nicholas Cage), diutus untuk memilih orang-orang yang produktif dan tidak produktif atau mereka yang berkontribusi atau tidak berkontribusi banyak untuk negara. Beberapa keluarga berhasil dibawa ke New Eden, beberapa orang bersikeras tinggal di tempat mereka, salah satunya seorang laki-laki tua yang tak ingin dibawa ke New Eden karena dianggap tidak lagi produktif. Laki-laki tua itu ternyata mantan gubernur California 12 tahun lalu. Laki-laki tua tersebut mengeluarkan tembakan dan menembak ke arah Noah namun tak berhasil. Noah tak kalah pintar, ia menembak balik dan laki-laki tua tersebut tewas seketika. Di kantong laki-laki tua tersebut terselip secarik kertas kecil yang bertuliskan "Never Surrender (Jangan Menyerah".

Hari berikutnya, Noah datang ke suatu rumah yang dihuni oleh Rachel Weller dan anak laki-laki 11 tahun, Lucas Weller. Ketika Noah datang untuk mendata atau menyelidiki bahwa mereka hidup dalam keadaan baik-baik saja, Rachel sebisa mungkin menunjukkan bahwa di tempat tandus itu mereka hidup dengan layak dan semestinya. Rachel tidak berhasil mengelabui Noah karena Lucas adalah anak yang jujur dan cerdas. Meskipun begitu, Noah tidak membawa mereka ke New Eden.

Karena secarik kertas tersebut, Noah berpikir sebenarnya apa bisnis yang dilakukan oleh The Humanity Bureau. Kemudian seseorang dari dalam truk melempar sesuatu yang berisi sebuah petunjuk. Lalu ia bertemu dengan seseorang dan orang itu memberikan sesuatu. Dari situ Noah tahu bahwa badan pemerintah yang disebut The Humanity Bureau dalam sebuah rekaman yang berbentuk chip mengatakan bahwa New Eden adalah tempat orang-orang yang tak 'menghasilkan' dibunuh.


Ide cerita film ini nampak ringan dan biasa saja, mungkin karena tak ada aksi yang bikin greget sesuai dengan genre film ini. Tema film ini hampir sama dengan film-film yang ingin menyelamatkan bumi dan manusia pada puluhan tahun yang akan datang. Menonton film ini sampai selesai, akhir film ini tidak mudah ditebak.

Makna badan pemerintah yang disebut The Humanity Bureau atau biro kemanusiaan yang seharusnya membantu masyarakat menjadi manusia yang lebih baik, tapi justru malah menghabisi mereka dan memuaskan keinginan mereka sendiri dengan memberdayakan manusia yang produktif dan membunuh manusia yang tidak produktif. Ini seperti paradoks dan sindiran.Yang produktif (menurut mereka) akan tetap 'berdiri' dan besar bersama perusahaan-perusahaan dengan gedung pencakar langit tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada alam. Lucas, laki-laki 11 tahun, tak pernah tahu seperti apa danau dan ingin memancing juga berenang merasakan sejuknya air di dalamnya.

Nilai: 4/5

Comments

Popular posts from this blog

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim...

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu...

Ulasan Film: What Still Remains (2018)

What Still Remains merupakan film drama Thriller Amerika. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Josh Mendoza. What Still Remains berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Film ini dibintangi oleh Lulu Antariksa, Colin O'Donoghue, Mimi Rogers, Dohn Norwood, Jeff Kober, Peter O'Brien, Roshon Fegan, dan beberapa pemain pendukung. What Still Remains rilis di Amerika pada 14 Agustus 2018. What Still Remains mengisahkan seorang gadis berusia 19 tahun, Anna (Lulu Antariksa), yang hidup berjuang sendirian pasca ibunya meninggal karena sakit bertahun-tahun dan adik laki-lakinya, David (Roshon Fegan), yang menghilang setelah seseorang mengikuti mereka di hutan. Sebelum meninggal, ibu Anna yang tak pernah meninggalkan tempat tidurnya memberi pesan pada Anna pada saat Anna merasa bahwa dengan keadaan dan situasi yang sangat menyedihkan ia tak perlu bermimpi dan berharap tentang apapun, sang ibu mengatakan:   If we don't have hope, what is the point of living. ...