Skip to main content

Ulasan film: The Giver (2014)


"Dari abu reruntuhan, komunitas ini dibangun. Dilindungi oleh perbatasan. Semua kenangan akan masa lalu telah dihapus."

Itulah sepenggal kata-kata yang pertama kali muncul dalam film The Giver. Kemudian komunitas tersebut membangun dan membangun semuanya dari awal, komunitas yang penuh dengan kesetaraan dan kebenaran, termasuk tempat tinggal yang satu sama lain semuanya sama, diatur sangat rapi oleh Tetua (Meryl Streep) dan para bawahannya. Dari anak-anak mereka sudah diajarkan bagaimana berpakaian yang sopan, berbahasa yang baik, mematuhi jam malam, tidak boleh berbohong, dan satu hal yang tak lazim adalah  harus menyuntik tangan mereka (menempelkan pergelangan tangan) pada sebuah alat tiap hari saat mereka mulai aktifitas ke luar rumah.

Komunitas ini menjadikan segalanya setara, tak ada sesuatu yang populer, ketenaran, menang, kalah, rasa sakit, ketakutan, cemburu, dan benci, kata-kata buruk yang boleh diucapkan supaya tak menyulut suatu konflik. Semua itu diatur dan diajarkan oleh pimpinan Tetua komunitas ini. Oleh karena kesetaraan itulah, film ini disajikan dengan layar hanya dengan warna hitam dan putih.



Seorang pemuda bernama Jonas (Brenton Thwaites) yang melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Di saat teman-temannya nampak sudah memiliki tujuan atau pekerjaan apa yang mereka ingin lakukan setelah lulus, namun tidak dengan Jonas.

Setiap orang di komunitas ini sejak kecil sudah dipantau segala tindak tanduk mereka oleh para Tetua. Pada saat kelulusan, Jonas tidak diberikan pekerjaan seperti pengasuh anak, perawat, ibu pengandung, pilot robot, dan sebagainya. Karena Jonas memiliki 4 hal yang tidak dimiliki anak muda lainnya, yaitu kepintaran, ketulusan, keberanian, dan kemampuan melihat sesuatu lebih jauh. Ia terpilih menjadi The Receiver (Penerima Ingatan).


Selama menjadi Penerima Ingatan, Jonas diberi beberapa aturan dan pelatihan. Aturan-aturan tersebut justru bertolak belakang dengan peraturan yang diterapkan pimpinan Tetua. Selama Jonas melakukan pelatihan dengan The Giver (Sang Pemberi), ia tidak diizinkan cerita apapun yang sudah diberikan oleh Sang Pemberi. Dengan cara berpegangan tangan dan menutup mata, Sang Pemberi menstransfer ingatan-ingatan yang tak pernah Jonas dapatkan sebelumnya.

Dari hari ke hari Jonas menunjukkan sikap yang berbeda dan aneh. Ia tak lagi melakukan aturan yang dibuat oleh pimpinan Tetuanya, termasuk tidak lagi menyuntik dirinya dengan alat yang ada di tiap rumah. Semakin ia merasa aneh, semakin ia mencari tahu rasa-rasa itu. Ia mulai merasakan banyak hal secara emosional, salah satunya jatuh cinta. Ia merasakan rasa yang berbeda pada sahabatnya, Fiona (Odeya Rush).

Tak mudah untuk Sang Pemberi mentransfer semua ingatan pada Jonas dan berani melewati batasan yang selama ini tak ada yang berani dan mampu menembusnya. Karena sebelum Jonas, seorang Penerima Ingatan tak kuat menerimanya. Ia adalah anak Sang Pemberi, Rosemary (yang dimainkan oleh penyanyi Taylor Swift). Ia tak kuat dan akhirnya harus "released", yang maknanya akan dibunuh. Namun Jonas yang cerdas, gigih, dan peka berhasil menembus batasan yang selama ini komunitas jaga.

Bagi saya, film ini bisa dibilang film dengan cerita yang ringan, tapi bisa juga dibilang film dengan cerita yang berat untuk dipahami. Ringan karena jalan ceritanya runut, dan berat karena hampir tiap adegan memiliki pesan-pesan tersirat bahwa penulis ingin menyampaikan banyak hal melalui film ini, salah satunya adalah suntikan. "Menyuntik" tiap hari di tangan mereka bisa diibaratkan dengan "mindset" yang masuk ke dalam pikiran manusia yang akan menjadikan kita berpikir bagaimana dan seperti apa, dan semua hal serba dibatasi yang pada akhirnya banyak ketidaktahuan dan kesalahan yang fatal.
 
Melihat karakter Tetua, The Giver, dan Jonas, seperti tak ada tokoh protagonis dan antagonis dalam cerita The Giver. Niat Tetua sebenarnya baik mengatur segalanya supaya setara akan tetapi dengan cara yang salah. Alih-alih ingin memberikan hal terbaik untuk komunitasnya, Tetua justru mengambil dan menghilangkan banyak hal.
The Giver: "Love is just.... With love comes faith, with it comes hope."
Elder: "Love is just passion that can turn."
The Giver: "We can do better."
Elder: "It turns into contempt and murder."
The Giver: "We could choose better."
Elder: "People are weak. People are selfish. When the people have freedom to choose, they choose wrong every single time."
Percakapan antara The Giver (Sang Pemberi) dan Elder (Tetua) dan baris terakhir percakapan ini menunjukkan alasan mengapa Tetua mengatur segala aturan di komunitasnya. Ia nampak memiliki penilaian sendiri tentang sifat alami manusia.

Konsep film ini agak-agak mirip dengan film trilogi Divergent dan The Maze Runner Maze Ru

Konsep film ini agak-agak mirip dengan film trilogi Divergent dan The Maze Runner.

The Giver disutradarai oleh Phillip Noyce. Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama, The Giver, yang ditulis oleh Lois Lowry pada tahun 1993. Pemain lain yang wajahnya tak asing di layar film hollywood dalam film ini adalah Katie Holmes dan Alexander Skarsgard. Mereka berperan sebagai orangtua Jonas.

Salah satu adegan yang memberi saya kesan berbeda dan unuk adalah ketika upacara kelulusan, konsep adegan yang sangat kreatif.

Nilai: 4.5/5
 

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim