Skip to main content

Ulasan Film: August Rush (2007)


August Rush mengisahkan tentang seorang anak, Evan Taylor (Freddie Highmore), yang suka sekali mendengarkan irama musik dari bunyi benda-benda yang ada di sekelilingnya. Dari angin, udara, cahaya, bahkan hingar bingar kota mampu menghasilkan suara musik ke telinga dan jiwanya. Musik bertumbuh dalam dirinya. Ia yakin bahwa hal tersebut didapat dari 'darah' orangtuanya yang tak pernah ia temui. Ia percaya pada musik seperti halnya orang-orang percaya pada dongeng. Ia juga percaya bahwa dengan musik, orangtuanya bisa menemukannya. Tak peduli teman-teman satu kamarnya mem-bully-nya dan menyebutnya aneh, bahkan ketika salah satu keluarga ingin mengadopsinya, Evan tetap yakin ia akan bertemu dengan keluarga yang sebenarnya.

Plot di awal cerita maju mundur. Mundur untuk menceritakan masa lalu orangtua Evan dan bagaimana Evan bisa tak bersama mereka. Namun di tengah cerita plotnya berjalan normal.

August Rush adalah nama beken yang digunakan Evan ketika ia berada di atas panggung dengan musiknya. Nama itu ditemukan ketika Evan dan Wizard (kepala penyanyi anak-anak jalanan yang mengusaia hasil kerja mereka) sedang duduk di pinggir jalan dan melihat sebuah truk lewat dengan poster bertuliskan August Rush. Selama beberapa waktu, Evan hidup dengan Wizard juga anak jalanan lainnya. Ia diasuh oleh Wizard sekaligus dimanfaatkan karena bakat musiknya yang tak biasa seperti anak-anak yang lain.



Perjalanan pencarian orangtuanya, membuat Evan mendapatkan banyak pengalaman tentang musik yang sebenarnya dan teknik bagaiman memainkan musik dengan irama yang menarik. Evan berhasil menjadi komposer berbakat dengan nama August Rush. Bukan hanya Evan yang mencari orangtuanya, tapi Ibu Evan, Lyla Novacek (Kerri Russell) pun mencari Evan ketika ia tahu bahwa anaknya tidak meninggal. Sementara itu, ayah Evan, Louis Connelly (Jonathan Rhys Meyer), mencari Lyla, perempuan yang selalu ada di pikirannya. Ia tidak mencari Evan karena ia tak tahu bahwa Lyla mengandung dan melahirkan anaknya.

Meskipun cerita dan ending-nya sudah bisa ditebak, tapi adegan ending film ini sangat menawan dengan iringan musik yang dimainkan August Rush. Emosional penonton (saya) seperti terbawa suasana hati Evan, Lyla, dan Louis. August Rush adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton dan bisa jadi rekomendasi film drama yang harus ditonton. Film ini juga masuk nominasi di beberapa ajang penghargaan. Beberapa pesan tersirat disampaikan oleh para tokoh melalui film ini mengenai impian, harapan, dan apa yang kita yakini. Kata-kata Evan di menit (awal) 01:18: "All you have to do is open yourself. All I have to do is listen (1:46:45, di menit terakhir)", itu seperti highlight dari keseluruhan isi film tersebut.

Nilai: 4/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim