Skip to main content

Resensi Buku: Parvana's Journey

Parvana's Journey merupakan novel Trilogi yang terdiri dari: Parvana (1) Sang Pencari Nafkah (The Breadwinner), Parvana (2) Lembah Hijau (Parvana's Journey), dan Parvana (3) Kota Lumpur (Mud City). Buku ini ditulis berdasarkan kenyataaan hidup dari hasil wawancara sang penulis Deborah Ellis yang melakukan perjalanan ke negara konflik Pakistan sebagai aktivis anti perang. Ia menelusuri beberapa kampung dan mewawancarai para pengungsi yang hidup dibawah rezim Taliban. Buku terjemahan diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) pada tahun 2011. Novel ini mendapat pernghargaan dari Middle East Book Award (2002), Ruth Schwart Award (2003), dan Hackmatack Award (2005).


Novel ini menceritakan tentang seorang gadis kecil yang kuat bernama Parvana yang hidup bersama keluarganya di kota Kabul. Kota yang dulunya cantik, aman, dan damai kini nyaris tanpa kehidupan dan seperti kota mati. Rumah-rumah dan perkebunan habis dibombardir oleh Taliban. Hanya tinggal puing-puing dan rasa takut yang masih tersisa. Para gadis tidak boleh keluar rumah, para istri hanya boleh keluar dengan memakai burqa (penutup wajah) sedangkan para suami yang dicurigai berkiblat pada Amerika langsung dihabisi oleh Taliban. Parvana adalah seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang terpaksa jadi tulang punggung keluarganya. Ketika Parvana keluar pergi bekerja, ia menyamar menjadi seorang laki-laki.

Sebelum ayahnya ditangkah oleh rezim Taliban, ia ikut bekerja dengan ayahnya membuka jasa membacakan dan menulis surat bagi mereka yang tidak bisa membaca dan menulis surat yang mereka dapatkan dari sahabat atau sanak keluarga. Pada saat ayahnya ditangkap oleh Taliban dan dipenjara, Parvana benar-benar harus bekerja sendiri mencari penghasilan untuk ibunya, kakak perempuannya (Nooria), dan adik laki-lakinya (Ali). Ia rela mengorbankan hidupnya sebagai seorang perempuan dan harus menyamar menjadi laki-laki sepanjang hidupnya demi kelangsungan hidup keluarganya.

Berbekal kepandaiannya membaca yang ia dapatkan waktu di sekolah, setiap hari ia menggelar selimut di pasar untuk membuka jasa membacakan dan menulis surat. Awalnya ia takut, namun ketika ia bertemu dengan Shauzia yang sama-sama menyamar menjadi laku-laki rasanya takutnya hilang dan ia menjadi percaya diri. Mereka menjadi sahabat. Banyak mimpi yang ingin mereka wujudkan.

Pekerjaan Parvana tak selalu menghasilkan uang. Beberapa orang di kotanya mencari uang dengan menggali tulang manusia yang tak terurus jenazahnya. Dalam keadaan terpaksa, Parvana dan Shauzia nekat melakukan pekerjaan itu. Hasilnya bisa 3-4 kali lipat dari penghasilan Parvana di pasar. Dari penghasilan tersebut ia membeli baki, kemudian diisi rokok permen dan barang lainnya untuk dijual. Dari situlah kehidupan Parvana dan keluarganya terus berlanjut.


Kehidupan Parvana di buku sekuel kedua (Parvana, Lembah Hijau), ia menjadi anak sebabatang kara. Ayahnya meninggal setelah dikeluarkannya dari penjara, sedangkan ibu, kakak, juga adiknya pergi ke desa lain untuk mengantarkan Nooria menikah. Parvana berjalan seorang diri untuk mencari makanan menyusuri kota yang sudah porak poranda karena bom.

Di suatu perjalanan ia mendengar seorang bayi menangis dari dalam rumah. Ia langsung masuk ke rumah tersebut dan membawa bayi itu bersamanya dengan membawa makanan yang masih tersisa dan layak makan di rumah tersebut. Berjalan melewati lembah dan bukit bersama sang bayi yang ia beri nama Hasan, membawa Parvana ke sebuah gua yang terdapat seorang anak laki-laki yang bernama Asif yang hanya memiliki satu kaki, yang ia anggap perilakunya aneh. Meski begitu ia berbagi kebahagiaan dan kesusahan bersamanya.

 Ketika mereka tak ada pilihan lain untuk bertahan hidup, mencuri menjadi pilihan yang tak bisa terelakkan. Dalam perjalanan, Parvana, Hasan, dan Asif bertemu seorang anak perempuan bernama Leila yang hidup bersama neneknya yang seperti mayat hidup, masih memiliki nafas namun tak bergerak sedikitpun, lalu akhirnya meninggal dunia karena bom.

Mereka meneruskan hidup dengan berjalan terus dan terus sampai akhirnya menemukan sebuah tempat di mana banyak menampung orang-orang yang bernasib sama dengan mereka. Di sana juga banyak suster yang merawat orang-orang sakit. Di tenda-tenda penampungan tersebut Parvana yakin bisa menemukan ibu, kakak, juga adiknya. Hasan dititipkan untuk dirawat oleh suster. Di tempat ini Parvana mendapat makanan dan minuman. Namun nasib buruk menimpa Leila. Saat memburu makanan yang dijatuhkan dari pesawat, Leila tewas karena ranjau yang di lempar oleh tentara Taliban.

Trilogi buku yang terakhir berjudul Kota Lumpur (Mud City). Kota di mana Parvana tinggal terbuat dari lumpur. Itu karena kota tersebut sudah porak poranda dan hancur, kemudian dibangun kembali hanya dengan lumpur. Diceritakan Parvana dan sahabatnya Shauzia masih hidup dengan situasi dan kondisi yang sama. Berjuang terus melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup di kota yang tak pernah berhenti berperang. Namun Shauzia tidak ingin berada di tempat itu selamanya. Dengan foto yang bunga yang sangat indah yang selalu Shauzia pegang, ia bertekad untuk ke tempat itu, yaitu kota Paris

Deborah Ellis menceritakan kisah ke dalam buku ini dengan sangat mengalir dan jelas. Seperti membawa saya ke dunia di mana Parvana tinggal. Juga merasakan apa yang Parvana dan teman-temannya rasakan. Membaca kisah ini mengingatkan saya pada kisah hidup Malala Yousafzai

Nilai: 5/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim