Skip to main content

Ulasan Film: Matilda (1996)



Film Matilda diangkat dari novel karya Roald Dahl dengan judul yang sama, yang sekarang masih dimainkan di teater di Inggris (pada saat tulisan ini). 

Matilda adalah salah satu film favorit saya. Gara-gara film ini saya jadi gemar membaca. Film ini merupakan film anak-anak bergenre komedi, keluarga, dan fantasi. Namun bagi saya film ini bukan hanya sekadar film komedi, keluarga, dan fantasi. Banyak satir-satir atau sindiran yang terdapat pada film ini. Berkisah tentang seorang anak kecil bernama Matilda (Mara Wilson) yang terlahir spesial tapi tidak disukai oleh ayahnya, Harry Wormwood (Danny DeVito, juga menyutradarai film ini) seorang penjual mobil bekas yang licik, ibunya, bermain bingo (semacam judi), juga saudara laki-lakinya, Michael Aleck. 

Karena sering ditinggal sendiri di rumahnya, pada usia 2 tahun Matilda belajar melakukan sesuatu apa yang orang dewasa lakukan. Hal itu membuatnya sangat mandiri. Ia melakukan semuanya sendiri. Ketika usianya 4 tahun ia meminta pada ayahnya untuk dibelikan buku, dan ayahnya menjawab:

"There's nothing you can get from a book that you can't get from a television faster."

Bagi saya kata-kata itu adalah sindiran kuat. Di zaman yang sudah sangat canggih sekarang ini orang-orang akan lebih memilih gadget dibanding buku. Gadget nampak lebih banyak memberi kesenangan daripada buku. Beberapa orangtua akan lebih memilih gadget untuk 'mendiamkan' dan 'menenangkan' anak-anak mereka daripada memberikan buku.

Sejak momen itu Matilda merasa bahwa ia berbeda dengan keluarganya dan melihat bahwa apa yang ia butuhkan harus ia sendiri yang melakukannya tanpa bantuan keluarganya. Dari buku kuning, ia mencari alamat perpustakaan umum. Ia berangkat sendiri ke tempat itu dan mencari buku anak-anak. Setiap hari ketika semua keluarganya pergi untuk aktifitas masing-masing, Matilda ke perpustakaan yang berjarak 10 blok dari rumahnya.

Di usia yang masih sangat muda, hampir semua buku anak-anak dari perpustakaan ia 'lahap' habis dan mulai penasaran dengan bacaan lainnya.  Pikirannya yang masih muda terus bertumbuh dengan membaca banyak bacaan seolah para penulis memberi pupuk ke dalam pikirannya. Buku-buku tersebut seperti memberi harapan dan pesan yang menyenangkan bahwa: "You are not alone."



Di usia 6 tahun ia minta disekolahkan oleh ayahnya, namun Harry menganggap Matilda masih berusia 4 tahun. Di sini juga terdapat sindiran bahwa ada di kehidupan nyata masih ada orangtua yang lupa dengan usia anaknya sendiri. Di usia itu Matilda sudah mampu menghitung matematik dengan cepat tanpa menggunakan kalkulator. Ketika Harry menyuruh Michael menghitung keuntungan yang akan didapat dari hasil menjual mobil bekas, dengan cepat Matilda tahu hasilnya tanpa menghitung. Alih-alih bangga dengan apa yang dilakukan Matilda, Harry malah menyalahkan Matilda karena ia lebih pintar darinya dan Michael. Harry mengatakan hal yang buruk pada Matilda dan menghukumnya. Dan perbuatan itu membuat Matilda melakukan hal yang sama pada ayahnya dengan mengerjai Harry dengan menukar pewarna rambutnya dengan zat lain ketika semuanya tidur.

Pada satu malam, ketika semua anggota keluarga sedang santai sambil menonton TV, Matilda tidak mengikuti apa yang keluarganya lakukan. Ia asik membaca buku. Itu membuat Harry marah dan memaksa Matilda untuk menonton acara TV tersebut dengan memegang kepalanya ke arah TV. Matilda tidak menyukainya, dalam keadaan emosi ia memicingkan kuat matanya dan tiba-tiba TV itu meledak.



Matilda akhirnya sekolah di tempat yang dipimpin oleh kepala sekolah yang sangat sangat sangar, kejam, kaku, dan tidak suka dengan anak-anak, Ms. Trunchbull. Ia tak segan-segan menghukum anak-anak yang melakukan seuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang ia buat seperti melempar mereka atau memasukkan ke dalam choky (ruangan gelap dan kecil dengan pintu tajam). Namun Matilda beruntung diajar oleh guru yang sangat baik dan penyayang anak-anak, Ms. Honey. Meskipun Matilda telat masuk sekolah dasar, namun ia sama sekali tidak tertinggal pelajaran karena ia sudah membaca banyak buku. Bahkan ia lebih pintar dari teman-temannya. Itu membuat Ms. Honey terkagum-kagum pada Matilda.



Matilda sangat menyukai gurunya, Ms Honey yang sangat baik hati dan peduli padanya. Begitupun Ms. Honey sangat menyukai kecerdasan Matilda. Hingga suatu malam Ms. Honey datang ke rumah Matilda untuk membicarakan tentang kecerdasan otak Matilda. Tentu orangtua Matilda tidak menyambut dengan baik kedatanganya dan tidak peduli dengan kecerdasan Matilda. Mereka tidak akan mengizinkan Matilda sekolah lebih tinggi sampai ke Perguruan Tinggi. Bagi mereka anak perempuan tak perlu sekolah tinggi-tinggi menghabiskan waktu dan uang untuk belajar yang ujung-ujungnya hanya menjadi pengangguran atau karyawan sales. well, ini juga sindiran lagi :D. Ms. Honey yang baik dan lembut tidak ingin berargumen lebih jauh dengan ayah ibu Matilda. Ia tahu bahwa ia tidak akan menemukan titik temu dan kecocokkan dari pembicaraan itu. Lalu ia pulang dan meninggalkan sebuah buku di meja untuk Matilda.

Dalam keadaan yang sangat emosional Matilda memiliki pikiran yang kuat melakukan segala sesuatu dengan matanya. Ia bisa melakukan semuanya bisa bergerak dengan gerakan matanya. Kadang ia berhasil melakukannya, kadang tidak. Menyadari memiliki kekuatan tersebut, ia melatihnya dengan emosional yang ia miliki. Sejak ia berhasil melakukannya dengan baik, pergerakan matanya menjadi kekuatannya. Ia mampu menyelesaikan masalah Ms. Honey dengan Ms. Trunchbull yang terjadi selama ini bahwa ia adalah bibi Ms. Honey. Ms. Trunchbull mengambil rumah dan isinya juga membunuh ayahnya. Matilda memiliki ide 'gila' untuk mengambil semua milik Ms. Honey dari Ms. Trunchbull.

Film ini baik sekali ditonton anak-anak dan keluarga. Meskipun cerita ini hanya fiktif tapi banyak sekali pesan dan sindiran yang disampaikan dalam film ini. Bahwa terkadang orang dewasa selalu merasa dirinya benar dan kuat hingga meremehkan anak-anak. Bahwa ada beberapa orangtua yang menganggap bahwa pendidikan tinggi itu tidak penting. Bahwa orangtuapun bisa melakukan banyak kesalahan dan tak mengerti banyak hal. Bahwa ketika orang dewasa yang telah menjadi orangtua dan memiliki anak, mereka harus siap dengan perbedaan karakter masing-masing anak. Satu kalimat yang saya suka dalam film ini ketika Ms Honey menceritakan kisah hidupnya dan mengapa ia menceritakannya pada Matilda, lalu berkata:

"You were born into a family that doesn't always appreciate you, but one day things are gonna be different,"

Dengan jalan cerita yang ringan, film ini layak untuk ditonton segala usia. Beberapa adegan memang tidak masuk akal, tapi semua itu cukup menghibur.

Nilai: 5/5

Comments

Popular posts from this blog

Ulasan Film: Sadak 2

Sadak 2 merupakan sekuel film India Sadak yang rilis tahun 1991 dibintangi oleh Sanjay Dutt. Ia pun kembali menjadi pemain utama di Sadak 2. Selain Sanjay Dutt, Sadak 2 dibintangi oleh Alia Bhatt dan Aditya Roy Kapur. Film yang menuai kontroversi sejak perilisan trailernya dengan dislike terbanyak sepanjang sejarah film India ini mengisahkan tentang seorang gadis, Aryaa Desai (Alia Bhatt), yang harus melakukan perjalanan ke Kailash demi memenuhi keinginan mendiang ibunya. Dengan menyewa jasa taksi yang sudah Aryaa pesan beberapa waktu sebelumnya yang mana pemiliknya adalah Ravi  Kishore (Sanjay Dutt). Bersama kekasihnya, Vishal Thakur (Aditya Roy Kapur), Aryaa menjalankan misinya yang pastinya tak mulus. Perebutan harta kekayaan dan kepercayaan agama dengan aliran tertentu adalah isu yang diangkat dalam film berdurasi selama dua jam enam belas menit ini. Hal itu dikuatkan dengan baris kalimat: Tak ada bisnis yang lebih besar daripada bisnis tuhan . Terlepas dari kontroversi film ini, d

Ulasan Film: Blok M (1990)

Blok M merupakan film drama remaja Indonesia tahun 1990. Film ini disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait dan ditulis oleh Helmy Yahya yang juga menjadi salah satu pemain pendukung dalam film ini. Film Blok M dibintangi oleh Desy Ratnasari , Paramitha Rusady Nia Lavenia, Lenny Marlina, Chris Salam, Torro Margen, dan masih banyak lagi. Paramitha Rusady meraih nominasi sebagai Aktris Pendukung Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia tahun 1990 atas perannya di film ini. Blok M mengisahkan tentang kehidupan remaja SMA Jakarta yang senang hang out dan menghabiskan waktu setelah sekolah di mall Blok M dan lintasan melawai. Lola (Desy Ratnasari), seorang remaja SMA yang memiliki genk bersama 3 temannya, Widya (Nia Lavenia), Uyun, dan Winda. Lola yang selalu kesepian karena kedua orangtuanya yang sibuk selalu menghabiskan waktunya di Blok M bersama genk-nya yang sangat kompak dan solid hanya untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Lola, Cindy (Paramitha Rusady), yang juga teman satu

The Mentalist (2008-2015)

The Mentalist adalah judul TV Series polisi (detektif pembunuhan) Amerika yang tayang dari September 2008 sampai Februari 2015. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Tayang dari Season 1 sampai season 7 dengan jumlah episode sebanyak 151. Season 1 berisi 23 episode, season 2 berisi 23 episode, season 3 berisi 24 episode, season 4 berisi 24 episode, season 5 berisi 22 episode, season 6 berisi 22 episode, dan season 7 berisi 13 episode. The Mentalist adalah TV series drama misteri polisi Amerika. TV Series ini diciptakan oleh Bruno Heller yang juga menjadi Eksekutif Produser. Cerita The Mentalist ditulis oleh beberapa penulis yang berbeda (7 penulis), dan juga disutradarai oleh orang yang berbeda-beda (6 penulis), salah satunya disutradarai oleh pemain utama serial ini, Simon Baker. Aktor inti TV Series ini adalah: Simon Baker sebagai Patrick Jane (Konsultan) Robin Tunney sebagai Teresa Lisbon (Agen CBI/FBI) Tim Kang sebagai Kim